Penalaran & Proporsi Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari
pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan
pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi –
proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau
dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang
dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya
disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi
disebut konsekuensi.
Dua jenis
penalaran
1. Penalaran langsung: penalaran yang premisnya hanya terdiri dari
sebuah premis saja. Terbagi atas:
a) Perlawanan (oposisi)
b) Pembalikan (konversi)
2. Penalaran tak langsung: Penalaran yang premisnya lebih dari satu.
Terbagi atas:
a) Penalaran Induksi
b) Penalaran Deduktif
Perlawanan Sebagai Penalaran Langsung
- Memperlawankan satu proposisi ke proposisi lain
untuk mencapai kesimpulan.
- Hanya berlaku bagi proposisi yang memiliki
subyek dan predikat yang sama, namun bentuk dan luasnya berbeda.
Terdapat empat jenis perlawanan: Kontradiktoris,
kontraris, subkontraris, dan subaltern.
Hukum perlawanan:
v
Hukum
pertama: Dalam perlawanan kontradiktoris, kedua proposisi yang berlawanan tidak
dapat sekaligus benar dan juga tidak dapat sekaligus salah.
v
Hukum
kedua: Dalam perlawanan kontraris, kedua proposisi yang berlawanan tidak dapat
sekaligus benar, tetapi dapat sekaligus salah.
v
Hukum
ketiga: Dalam perlawanan subkontraris, kedua proposisi yang berlawanan tidak
dapat sekaligus salah, tetapi dapat sekaligus benar.
v
Hukum
keempat: Dalam perlawanan subaltern:
§
Jika
proposisi universal diketahui benar, proposisi partikular pasti benar.
§
Jika
proposisi partikular benar, proposisi universal bisa benar bisa salah.
§
Jika
proposisi universal diketahui salah, proposisi partikular bisa benar bisa salah.
§
Jika
proposisi partikular diketahui salah, proposisi universal pasti salah.
Contoh:
Semua
penduduk Jakarta bukan pendatang
Sebagian
penduduk Jakarta adalah pendatang
Sebagian
penduduk Jakarta bukan pendatang
Bujur
sangkar perlawanan
Semua
penduduk Jakarta adalah pendatang
Inferensi
Sebuah pekerjaan bagai pendengar (pembaca) yang selalu terlibat
dalam tindak tutur selalu harus siap dilaksanakan ialah inferensi. Inferensi
dilakukan untuk sampai pada suatu penafsiran makna tentang ungkapan-ungkapan
yang diterima dan pembicara atau (penulis). Dalam keadaan bagaimanapun seorang
pendengar (pembaca) mengadakan inferensi. Pengertian inferensi yang umum ialah
proses yang harus dilakukan pembaca (pendengar) untuk melalui makna harfiah
tentang apa yang ditulis (diucapkan) samapai pada yang diinginkan oleh saorang
penulis (pembicara).
Inferensi atau kesimpulan sering harus dibuat sendiri oleh
pendengar atau pembicara karena dia tidak mengetahui apa makna yang sebenarnya
yang dimaksudkan oleh pembicara/penulis. Karena jalan pikiran pembicara mungkin
saja berbeda dengan jalan pikiran pendengar, mungkin saja kesimpulan pendengar meleset
atau bahkan salah sama sekali. Apabila ini terjadi maka pendengar harus membuat
inferensi lagi. Inferensi terjadi jika proses yang harus dilakukan oleh
pendengar atau pembaca untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat
pada tuturan yang diungkapkan oleh pembicara atau penulis. Pendengar atau
pembaca dituntut untuk mampu memahami informasi (maksud) pembicara atau
penulis.
Inferensi adalah membuat simpulan berdasarkan ungkapan dan
konteks penggunaannya. Dalam membuat inferensi perlu dipertimbangkan
implikatur. Implikatur adalah makna tidak langsung atau makna tersirat yang
ditimbulkan oleh apa yang terkatakan (eksplikatur). Untuk menarik sebuah
kesimpulan (inferensi) perlu kita mengetahui jenis-jenis inferensi, antara lain;
1.
Inferensi Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari hanya satu premis
(proposisi yang digunakan untuk penarikan kesimpulan). Konklusi yang ditarik
tidak boleh lebih luas dari premisnya.
Contoh:
Bu, besok temanku berulang tahun. Saya diundang makan malam.
Tapi saya tidak punya baju baru, kadonya lagi belum ada”.
Maka inferensi dari ungkapan tersebut: bahwa tidak bisa pergi ke
ulang tahun temanya.
Contoh:
Pohon yang di tanam pak Budi setahun lalu hidup.
dari premis tersebut dapat kita lansung menari kesimpulan
(inferensi) bahwa: pohon yang ditanam pak budi setahun yang lalu tidak mati.
2.
Inferensi Tak Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari dua / lebih
premis. Proses akal budi membentuk sebuah proposisi baru atas dasar
penggabungan proposisi-preposisi lama.
Contoh:
A : Anak-anak begitu gembira ketika ibu memberikan bekal makanan.
B : Sayang gudegnya agak sedikit saya bawa.
Inferensi yang menjembatani kedua ujaran tersebut misalnya (C)
berikut ini.
C : Bekal yang dibawa ibu lauknya gudek komplit.
C : Bekal yang dibawa ibu lauknya gudek komplit.
Contoh yang lain;
A : Saya melihat ke dalam kamar itu.
B : Plafonnya sangat tinggi.
Sebagai missing link diberikan inferensi, misalnya:
C: kamar itu memiliki plafon
Implikasi
Implikasi berfungsi membandingkan antara hasil penelitian yang
lalu dengan hasil penelitian yang baru dilakukan.
Macam-macam implikasi:
1. Implikasi Teoritis
Pada bagian ini peneliti menyajikan gambar lengkap mengenai
implikasi teoretikal dari penelitian ini.Bagian ini bertujuan untuk meyakinkan
penguji pada mengenai kontribusi terhadap ilmu pengetahuan dalam teori-teori
yang digunakan untuk memecahkan masalah penelitian, tetapi juga implikasinya
bagi teori-teori yang relevan dengan bidang kajian utama yang disajikan dalam
model teoretis.
2. Implikasi Manajerial
Pada bagian ini peneliti menyajian bergagai implikasi kebijakan
yang dapat dihubungkan dengan temuan-temuan yang dihasilkan dalam penelitian
ini.Implikasi manajerial memberikan kontribusi praksis bagi manajemen.
3. Implikasi Metodologi
Bagian ini bersifat opsional dan menyajikan refleksi penulis
mengenai metodologi yang digunakan dalam penelitiannya.Misalnya pada bagian ini
dapat disajikan penjelasan mengenai bagian-bagian metode
penelitian mana yang telah dilakukan dengan sangat baik dan bagian mana yang
relatif sulit serta prosedur mana yang telah dikembangkan untuk mengatasi
berbagai kesulitan itu yang sebetulnya tidak digambarkan sebelumnya dalam
literatur mengenai metode penelitian. Peneliti dapat menyajikan dalam bagian
ini pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam penelitian lanjutan atau
penelitian lainnya untuk memudahkan atau untuk meningkatkan mutu dari
penelitian.
Wujud Evidensi
Adalah
semua fakta yang ada, yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan adanya sesuatu.
Evidensi merupakan hasil pengukuan dan pengamatan fisik yang digunakan untuk
memahami suatu fenomena. Evidensi sering juga disebut bukti empiris. Akan
tetapi pengertian evidensi ini sulit untuk ditentukan secara pasti, meskipun
petunjuk kepadanya tidak dapat dihindarkan.
Kita
mungkin mengartikannya sebagai "cara bagaimana kenyataan hadir" atau
perwujudan dari ada bagi akal". Misal Mr.A mengatakan "Dengan pasti
ada 301.614 ikan di bengawan solo", apa komentar kita ? Tentu saja kita
tidak hanya mengangguk dan mengatakan "fakta yang menarik". Kita akan
mengernyitkan dahi terhadap keberanian orang itu untuk berkata demikian.
Tentu
saja reaksi kita tidak dapat dilukiskan sebagai "kepastian", Tentu
saja kemungkinan untuk benar tidak dapat di kesampingkan, bahwa dugaan ngawur
atau ngasal telah menyatakan jumlah yang persis. Tetapi tidak terlalu sulit
bagi kita untuk menangguhkan persetujuan kita mengapa ? Karena evidensi memadai
untuk menjamin persetujuan jelaslah tidak ada. Kenyataannya tidak ada dalam
persetujuan terhadap pernyataan tersebut.
Sebaliknya,
kalau seorang mengatakan mengenai ruang di mana saya duduk, "Ada tiga
jendela di dalam ruang ini," persetujuan atau ketidak setujuan saya segera
jelas. Dalam hal ini evidensi yang menjamin persetujuan saya dengan mudah
didapatkan.
Dalam
wujud yang paling rendah. Evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang di
maksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang di peroleh dari
suatu sumber tertentu.
Cara menguji
data
Data dan informasi yang digunakan dalam
penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian
melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap
digunakan sebagai evidensi. Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan
untuk pengujian tersebut.
1. Observasi
2. Kesaksian
3. Autoritas
Cara menguji fakta
Untuk menetapkan apakah data atau informasi
yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian
tersebut baru merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakitan
bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu pengarang atau penulis harus
mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat
digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil.
1. Konsistensi
2. Koherensi
Cara menguji autoritas
Seorang penulis yang objektif selalu
menghidari semua desas-desus atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang
baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat
yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data eksperimental.
1. Tidak
mengandung prasangka
2. Pengalaman dan
pendidikan autoritas
3. Kemashuran dan
prestise
4. Koherensi
dengan kemajuan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar